العِلْمُ ًصَيْدٌ ؤَالْكِتَابَةُ قَيِّدُهُ* قَيِّدُ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهُ
فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً* وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلَائِقِ طَالِقَهُ
Ilmu bagai Hewan liar, menuliskannya akan mengikat
Ikatlah barang buruan dengan tali mu yang kuat
Termasuk tindakan nista bila kau berburu rusa
Namun setelah kau dapat, kau biarkan di persada
Dalam kaidah Ushul Fiqih dikatan, bahwa kebajikan yang bisa menular akan lebih bermanfaat dan lebih baik daripada yang diam. Sebagai contohnya, mengajar Al-Qur'an lebih baik daripada sholat sunnah, karena orang yang ajari akan bisa membacanya, sebagaimana Sabda Rasul yang pahala setiap huruf nya saja seperti melakukan 10 kebaikan. Terlebih lagi jika orang yang kita ajari mengajarkannya kepada orang yang lain, maka itu akan menjadi amal jariyah kita. Hal ini jelas pahala berantai, sedangkan jika kita sholat sunnah maka menfaatnya hanya akan kembali kepada kita. Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.
Menuliskan ilmu dan mempublikasikannya merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan, karena akan menjadi sebab pandainya umat. Sebagaimana penulisan dan publikasi Al-Qur'an pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, yang kemudian di baca dan di hafalkan oleh umat Islam sampai hari ini. Rasulullah SAW bersabda: Kelak diakhirat tinta para ulama' akan di timbang dengan darah para syuhada.
Dalam perang badar, orang-orang kafir yang di tawan oleh Rasulullah yang tidak memiliki harta, Rasulullah mewajibkan kepada para tawanan tersebut untuk mengajarkan membaca dan menulis kepada 10 orang Mukmin. Anjuran inilah yang dikemudian hari menyebabkan Islam merajai ilmu pengetahuan dan tampak kewibawaan serta kemuliaannya dengan munculnya berbagai tokoh dengan disiplin ilmuya masing-masing seperti; Ibnu Sina dalam bidang kedokteran,Ibnu Rusyd dalam bidang Filsafat, Al-Ghazali dalam bidang tasawuf, Imam Malik dalam bidang hadits, dan sebagainya.
Menulis merupakan media yang sangat efektif untuk membentuk opini dan karakter publik. Apabila yang kita tulis adalah kebaikan maka jiwa yang akan terbantuk oleh para pembaca kita pun kebaikan, begitupun sebaliknya. Oleh sebab itu kita karus berhati-hati dengan apa yang kita tulis, karena hal itu akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Apabila ada amal jariah sebaliknya ada dosa jariyah dari akibat tulisan kita, semoga kita selalu berada di pihak kebenaran dan apa yang kita lakukan akan menjadi amal jariyah. Sebagaimana Allah Firman kan dalam Al-Qur'an QS. Yasin ayat 12:
إِِنَّ نَحْنُ نُحْيِالْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَاَ قَدَّمُوْا وَاَثَرَهُمْ
ٍSesungguhny kami lah yang menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami menuliskan apa saja yang telah mereka kerjakan, dan bekas-bekas (jariyah) yang mereka tinggalkan.
Sumber: Dr.Imil Badi Ya'qub